Setiap hari selalu ada cerita yang baru, yang hadir dalam
setiap kelasku…murid-murid tercintaku, ladang kebaikan, pahala yang subur dan
siap menumbuhkan biji kebaikan yang ku tanamkan. Yang suatu saat panen kebaikan
itu bisa aku dapatkan.
Sungguh saat ini tak ada sebuah pekerjaan yang lebih mulia
dari seorang guru.
***
Lihatlah wajah anak-anak kita, kenangan kebaikan yang kita
tanamkan hari ini bisa jadi sebuah rekaman kuat yang melekat dalam ingatanya dan
akan mereka kenang sepanjang hidup mereka. Pesan kebaikan yang kita tanamkan bisa
ditularkan kepada keluarga dan anak-anaknya kelak, sehingga pesan kebaikan itu
takkan pernah berhenti. Selalu menyambung, berantai, terus menerus sampai Allah
menentukan yang terbaik untuk kita dan anak-anak didik kita.
Menjadi guru, bukan karena timbunan harta duniawi yang kita
tuju. Meski ribuan guru di negeri ini, juga tak pernah menolak untuk alasan itu
mereka menjadi guru, tak ingin disebut pengangguran, pekerjaan yang dipandang
orang terhormat, berwibawa, dan alasan-alasan yang lain…manusiawi sekali…
semuanya punya maksud dan tujuan masing-masing.
Namun, jika sudah membulatkan tekad menjadi guru, hendaknya
kepentingan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada anak didik, harus berada di
urutan nomor satu, diatas kepentingan-kepentingan yang lain.
Kebahagiaan menjadi guru adalah dari awal hingga akhir
hayat. Dari semenjak kita dalam kandungan sampai meninggalkan dunia ini,
sejatinya kita adalah sang pembelajar dan pendidik. Bagaimana proses pengenalan
kita dengan kehidupan dunia ketika kita masih bayi adalah melewati proses
belajar, usia TK, SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi kita selalu melewati proses
yang dinamakan belajar. Menikah, punya anak,punya cucu maka akan berganti
proses menjadi proses pendidik.
0 komentar:
Posting Komentar