• Kenali Potensi Diri Kita

    Sebelum Kita lebih jauh mempelajari strategi dan ide bisnis yang kita jalankan ada lebih baiknya jika kita ketahui dulu tentang potensi yang ada dalam diri kita

  • Bisnis Rumahan yang Menjanjikan

    Ide bisnis rumahan atau peluang usaha dengan modal kecil yang paling menjanjikan untuk dikelola sendiri atau bersama dengan anggota keluarga sebenarnya sangat banyak ragamnya. Bahkan tidak jarang dari yang semula hanya sekedar coba coba justru akhirnya menjadi pekerjaan utama dengan potensi penghasilan yang cukup membanggakan.

  • Usaha Yang Cocok di Desa

    Bismillah… Kalau kita hidup di kota akan jauh lebih mudah menemukan ide bisnis yang banyak dan bisa dijalankan, ketimbang bila kita hidup jauh dari kota (desa). Seperti yang kita tahu pertumbuhan ekonomi di desa tidak bisa disamakan dengan pertumbuhan ekonomi kota. Hal itu juga yang harusnya menjadi alasan untuk kita bisa menentukan ide bisnis yang tepat untuk bisa dijalankan di masyarakat desa.

  • Cara Meningkatkan Traffic Blog

    Belajar seo dan belajar untuk mendatangkan traffik ke blog memang butuh ketekunan, mungkin selama ini, banyak sekali pertanyaan: bagaimana ya Cara Untuk Meningkatkan Traffic Blog/website? Jika anda seorang blogger atau pemilik sebuah website, anda pasti menginginkan traffic yang lebih banyak untuk blog atau website anda tersebut.

Selasa, 05 Maret 2013

Mau Dapat Uang dan Bisa Keliling Dunia? Cobalah Tiru Kebiasaan Baik Ini..!

Sebagai Prolog Akan saya ceritakan sebuah pengalaman dari seorang guru yang berhasil menularkan sebuah virus yang berhasil membuat dunianya menjadi lebih indah dan berwarna.

Dia adalah Bapak Ganjar Triadi Kusuma S.pd, beliau  adalah seorang lulusan mahasiswa FIPS-UNNES, yang mengajar disebuah sekolah negeri di kota Semarang. Sedari SMA beliau adalah seorang yang sangat suka dengan tulis menulis,berawal dari kesukaanya terhadap dunia tulis menulis inilah banyak perubahan besar yang terjadi dalam hidupnya. Ada sebuah keajaiban yang luar biasa menghantarkannya kepada sebuah loncatan hidup yang tak pernah sama sekali dia pikirkan sebelumnya.

Jangankan bisa ke Luar negeri, untuk memperoleh penghasilan lebih dari cukup adalah sudah merupakan kebahagiaan tersendiri. Yah..proses itu dimulai dari sebuah kata..”MENULIS”, prestasi terbesarnya adalah mampu menghantarkan anak didiknya beserta dirinya bisa mendapatkan perjalanan Jakarta-Sydney Australia PP,mendapatkan fasilitas lux, dan mendapatkan uang saku setara 10 juta, untuk berlibur selama seminggu di Australia. Dia telah menulis di 30 koran dan majalah di Indonesia. Dari hasil menulisnya ini berhasil memberikan sumbangan berupa materi dan non materi.

Untuk membiasakan suka menulis harus dimulai dari membiasakan semangat mengawali dan mengakhiri dalam menghasilkan sebuah produk tulisan, menegnai persoalan mutu, apakah hasil tulisan itu baik atau kurang baik,janganlah dijadikan persoalan utama karena seiring dengan seringnya latihan, perlahan namun pasti persoalan mutu tulisan akan membaik dengan sendirinya. Begitulah terangnya dalam sebuah sesi tulisannya.

Dia menceritakan kenapa budaya menulis kini menjadi sangat sulit untuk diterapkan pada anak didik? Lalu dia menceritakan sebuah budaya guru masa kini yang sudah sangat jarang sekali menulis ketika memasuki kelas.

“Jika seorang guru memasuki kelas, sejak awal hingga akhir pelajaran tidak mengucapkan sepatah katapun, hanya menulis dan menyampaikan pesan komunikasi pendidikan menggunakan media papan tulis, rasanya ada sesuatu yang janggal. Ada hal aneh dan tidak lazim.Namun sebaliknya, jika seorang guru sejak awal hingga akhir jam pelajaran hanya berbicara, berceramah, memberikan orasi di depan kelas, tanpa sedikitpun menulis di papan tulis, rasanya biasa-biasa saja. Hal itu banyak terjadi di depan kelas.” 

Dari uraian di atas dia menggambarkan betapa budaya berbicara dan banyak omong lebih dekat dan lekat dengan siswa-siswi dalam proses pembelajaran. Sedangkan budaya menulis tingkatnya jauh berada dibawahnya. Hal itu terjadi sejak guru mengajar di bangku TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Mereka memberikan contoh pembelajaran yang akhirnya membudaya, lebih banyak berbicara dari pada menulis.Kebiasaan itu akhirnya menjadi sebuah budaya di wajah pendidikan kita. Orang lebih banyak berbicara, dari pada menulis. Efeknya orang tidak (terlalu suka) membaca. Apalagi bacaan yang agak berat seperti halnya bacaan buku berisi ilmu pengetahuan ataupun artikel tentang suatu permasalahan dalam kehidupan di masyarakat. 

Secara tidak sengaja para guru dan para dosen mengajarkan kepada siwa-siswi dan mahasiswanya untuk lebih banyak berbicara dari pada menulis. Maka dunia menulis – dalam pengertian menulis artikel atau tulisan mengandung muatan ilmiah, menjadi demikian jauh. Karena jauh, dianggap sesuatu yang asing, sulit, dan tidak disukai.Untuk mengembalikan sesuatu yang “jauh” tadi, maka harus dilakukan upaya pendekatan-pendekatan. Tidak perlu untuk saling menyalahkan, tidak perlu malu-malu mengakui kekurangan ini. Secara sistematis di semua lini dan jenjang pendidikan harus ditekankan tentang pentingnya siswa-siswi hingga mahasiswa-mahasiswi untuk suka dan terbiasa menulis. Jika sedang TK atau SD sudah terbiasa menulis sesuatu yang nyata di sekitarnya, maka jenjang berikutnya tinggal menyempurnakan.
Menulis adalah kecerdasan yang mendasari seseorang untuk akhirnya dapat membaca dan memperoleh ilmu yang tidak terbatas

Dahulukan Istri, Baru Kemudian Anak..Bukan Sebaliknya..!

Jelas ini adalah sebuah gambaran nyata dari perkembangan zaman era modern yang sudah semakin sulit untuk kita bendung . Tidak ada pilihan bagi kita kecuali adalah mengikutinya, tapi hendaknya kita harus menjadi pengikut yang baik. Dimana ketika tawaran budaya dari perkembangan zaman itu melanggar norma dan etika, maka tidak sepantasnya untuk kita ikuti, justru adalah sebaliknya kita harus mencegah dan menolaknya.

Klaim kita atas anak terlebih dahulu ketimbang istri, adalah seringkali muncul ketika seorang laki-laki ditanya, “untuk apakah anda bekerja..?”, “untuk menghidupi anak dan istri”…jawabnya.

Jika jawaban di atas adalah benar, maka sekarang klaimnya kita rubah, kenapa..? ini bukan hanya masalah pada penyebutan semata, tapi esensinya adalah jauh lebih besar dari sekedar sebuah sebutan. Karena konsep “anak dulu baru istri” itu adalah produk negatif dari budaya kekinian, dimana sekarang ini -maaf-remaja kita jauh lebih senang bikin anak ketimbang beristri terlebih dahulu. Karena pakem yang mereka bawa, karena dalih ” Anak dan Istri” , jadi digambarkanlah pada otak dangkal remaja kita, bahwa dahulukan anak sebelum istri. 

Itu adalah jelas-jelas sebuah kesalahan fatal yang mereka lakukan, dan bisa jadi kesalahan mereka karena keseringan kita mengucapkan kata anak dulu baru Istri. Di sadari atau tidak, benar atau salah, ragam realita sudah kita saksikan sendiri. Mengapa kita tidak kembali memperhatikan bagaimana orang-orang tua, nenek moyang kita dahulu bertutur, dimana selalu mengedepankan Istri baru kemudian anak, disamping makna kearifan, ketika orang yang pertama kali mendampingi kesusahpayahan kita dalam mengukir hari-hari sebelum ada hadirnya anak adalah seorang Istri, Istri ada sebelum anak lahir, penyebutan itu harus diurutkan sesuai dengan aturannya.

Bagaimana, bisakah kita merubah Sebutan Itu…?? perkara mudah tentunya

================
Salam Inspirasi Pagi

Resep Manjur, Berwirausaha Anti Gagal

Resep manjur anti gagal ini, sebelumnya pernah saya tayangkan tapi, entah saya lupa dimana saya mempublishnya, mudah-mudahan tidak kena hukuman admin. Jika saya menuliskannya kembali. Karena ini resep manjur, maka sudah dipastikan akan membuat anda benar-benar menjadi wirausahawan yg takkan pernah gagal..
  • Alasan
Temukan alasan yang kuat mengapa anda ingin berwirausaha. Apakah karena susah cari pekerjaan, atau ingin merasakan menjadi seorang bos, bisa juga ingin mendapatkan penghasilan yang tak terbatas. Alasannya bisa apa saja, yang terpenting semakin kuat alasan anda untuk berwirusaha maka semakin fokus anda pada tujuan anda.
  • Keyakinan Yang Kuat
Anda harus memiliki kepercayaan yang kuat dan positif. Contohnya : anda yakin bahwa anda bisa menjadi seorang wirausaha yang sukses, atau wirausaha itu mudah asal kita tahu caranya. Keyakinan yang positif seperti itulah yang harus anda bangun. Jangan sampai yang negatif yang justru mendominasi pikiran anda. misalnya seperti : saya takut gagal, wirausaha itu perlu bakat, dll. Pikiran negatif seperti itu harus anda singkirkan jauh-jauh.
  • Impian yang Jelas
Anda harus memiliki impian yang jelas. Karena dengan impian itu anda akan termotivasi untuk meraihnya. Jangan takut untuk memiliki impian yang tinggi. Karena semakin tinggi impian anda tentunya akan memberikan daya dorong yang lebih besar pada diri anda. Akan tetapi tetap harus bersikap fleksibel dan jangan sampai impian anda sesuatu yang mustahil bisa dicapai.
  • Penguasaan Ilmu (Belajar)
Dalam memulai wirausaha kita dituntut untuk terus belajar dan memiliki pikiran yang terbuka. Kita bisa belajar dari buku, orang lain yang sudah menjalankan bisnis, ataupun dari seminar-seminar.
  • Aksi
Langkah inilah yang paling penting dalam berwirausaha. Karena tanpa aksi tidak akan ada yang terjadi. Hanya dengan aksi atau tindakanlah kita bisa semakin dekat dengan impian kita.
  • Doa
Langkah yang ke-6 adalah do’a. Karena bagaimanapun kerasnya usaha kita, tetap saja Tuhan jugalah yang menetukan. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berusaha.
  • Pantang Menyerah
Langkah yang paling mentog, dan tak bisa ditawar lagi jika anda ingin menjadi wirausahawan yang sukses adalah jangan pernah menyerah, tetaplah fight, meski beragam kegagalan menghambat usaha anda.
Ingat dalam kamus seorang wirausahawan, ” tidak ada yang namanya gagal , yang ada hanyalah gagal mempertahankan niat anda”
Semoga tips ini bisa bermanfaat buat temen-temen yang ingin mulai berwirausaha

Senin, 04 Maret 2013

Gadis Berusia Lebih Dari 30 Tahun, Beresiko Tinggi Takut untuk Menikah

Saya punya seorang tetangga yang dijuluki oleh para teman kerjanya sebagai “perawan tua”. Karena usianya yang lebih dari 30 tahun tapi belum juga menikah. Entah saya tidak tahu persis kenapa dia sampai mengalami hal yang demikian berat itu.

Keinginan untuk menikah tentu adalah milik oleh semua para wanita, yang bisa merasakan bagaimana indahnya memadu kasih dengan orang yang dicintai, mengandung, melahirkan anak, dan membesarkannya adalah sebuah rangkain dari rutinitas wanita yang tentu semua wanita normal didunia ini pasti memimpikannya.

Namun, terkadang takdir Tuhan yang berlaku untuk hamba-Nya bisa sangat berlainan dengan apa yang diimpikan oleh seseorang. Takdir itu juga tidak serta merta salah Tuhan, karena  Tuhan sudah  memberikan kesempatan yang luas kepada manusia untuk menentukan jalan dan usaha dalam memperoleh sebuah impiannya.

Tidak hanya berhenti di tetangga saya itu, saya juga punya pengalaman dari seorang kawan, yang mengatakan bahwa kakaknya tidak segera menikah padahal usianya sudah berkepala tiga. Ketika ditanya kenapa tidak segera menikah, jawabnya adalah dia merasa takut dan sudah kehilangan gairah untuk memulai sebuah niatan menikah. Gairahnya seolah menurun dengan terus meningkatnya usianya. Tampilan fisik yang sudah tidak menarik, gairah yang sudah tidak lagi memuncak. Dan beban moral yang disandang sebagai “perawan tua” lengkap sudah.

Ternyata effeknya tidak hanya sampai disitu, disebagian adat masyarakat jawa, berlaku jika perawan yang punya adik laki-laki dan adik laki-laki itu mau menikah padahal sang kakak belum menikah, maka hal itu tidak dibolehkan, dan tidak” etis” lah kira-kira begitu. Jadi efeknya beruntun, seperti itu juga yang berlaku di keluarga tetangga saya itu. Adiknya yang juga tak terpaut jauh usianya harus menerima akibat dari kesalahan kakaknya yang tidak segera menikah.

Padahal jika ditimbang-timbang, apa salah sang adik , hingga harus menerima akibat yang tidak dia lakukan.
Persepsi tentang gadis berusia lebih dari 30 tahun beresiko tinggi untuk takut menikah belumlah menggambarakan keadaan  yang sebenarnya, karena pasti ada hal-hal yang beraneka macam yang melandasi seorang gadis tidak segera menikah. Sikap Trauma, mengejar karir, menganggap enteng jodoh, dan sebab-sebab lain, yang menghalanginya untuk mengundur-undur pernikahan.

Tapi, dari contoh yang saya bawakan diatas, saya berasumsi bahwa semakin tinggi usia seorang wanita, bukannya semakin matang tapi justru semakin bimbang untuk menikah.
Setujukah anda..?