Selasa, 27 Agustus 2013
# 1.Anak Emas,dari Keluarga Miskin
# 1.Anak Emas,dari Keluarga Miskin
Senja menukik, tertelan rimbunnya dedaunan. Menyisakan
sorot-sorot cahaya yang sangat indah,menembus celah-celah dedaunan. Sedang
didahan-dahan yang sebagian telah mengering,bertenggerlah beberapa ekor burung prenjak,terlihat
sang induk sedang membagikan makanan yang telah ia dapatkan hari ini untuk
anak-anaknya yang masih kecil dan tertatih-tatih, sudah seharian anak-anak
burung itu menunggu jatah makannya. Suaranya berkicau riang penuh suka cita,dan
alampun gembira melihat pesona indahnya kasih sayang yang terhampar,dengan
mengirimkan seikat angin lembut yang menerpa penuh mesra seakan ikut menyapa
dan memberikan kehangatan pada setiap dentuman peristiwa.
Langit yang memerah berganti kebiruan dan akhirnya
gelap. Sang senjapun tutup usia,dan digantikanlah dengan iringan puji-pujian
dari seluruh penjuru dunia. Mengagungkan Asma Tuhan Maha Pencipta yang Mulia.
Melalui corong-corong penuh keparauan disurau-surau, kadang terdengar
lengkingan suara missing yang beradu dengan suara tugas Mulia sebagai seorang
Muadzin.
“ le..(nak) lek
ndang nyang langgar (mushola)..!!” suara serak dari balik kain kumal penuh
lubang, penyekat ruang tamu dengan dapur.
“ nggih bu’e,ini
hasbi lagi ngambil sarung,sama peci..” hasbi kecil menjawab penuh dengan
ketundukan perintah ibunya yang tercinta.
“ jangan
lupa,sekalian bawa iqra’nya ya, itu bu’e taruh dilemari..”
“Iya bu’e..hasbi
pamit..Assalamualaikum…”
“waalaikumsalam…”
Setelah mengecup punggung tangan ibunya,hasbi bergegas
berjalan cepat dengan mendekap iqra’ lusuh didadanya,yang sudah ibunya belikan
setahun lalu.
***
Bu ruminah,adalah seorang ibu yang memilki tiga orang
anak, sepeninggal suaminya yang terkena serangan penyakit ashma, bu ruminah
harus pontang-panting untuk mengurus ketiga anaknya. Anaknya yang pertama
adalah Tari, dia baru saja lulus dari SMP, dan ingin sekali bisa melanjutkan
sekolahnya ke jenjang SMA, namun karena Bu Ruminah tidak mempunyai cukup
biaya,dia hanya bisa menyekolahkan Tari sampai SMP saja. Sebagai anak pertama,
Tari-lah yang menjadi tumpuan Bu Ruminah untuk membantunya dalam merawat dan
membesarkan kedua adiknya Syaiful dan Hasbi. Setelah tiga tahun yang lalu, Tari
yang lulus dengan nilai yang cukup baik dibandingkan teman-temannya, tapi Tari
harus puas,karena sebaik apapun nilainya ternyata hanya menjadi seonggok kertas
yang tak berharga. Cukup puas hanya sebagai tenaga penjaga toko kelontong milik
saudagar kaya di kampungnya, yang terkenal pelit meski sudah bertitel haji.
Tiga tahun sudah dia menahan kepayahan, merasakan
betapa sulitnya mencari sepeser uang. Demi ibu dan adik-adiknya. Nalurinya
sudah tidak bisa dia tahan, puncaknya dia keluar dari toko itu, dan ingin
merantau saja.
Tari bertekad setelah dia tidak mungkin meneruskan
sekolahnya, dia ingin merantau ke
Jakarta dan kerja di pusat ibu kota. Dia ingin mencari uang sebanyak-banyaknya
dan bisa dikumpulkan untuk biaya sekolah adik-adiknya, dan sebagian bisa dia
gunakan untuk menyambung mimpinya yang sempat terputus oleh kelamnya takdir.
Meski bu Ruminah keberatan dengan keputusan anak
gadisnya itu, bu ruminah hanya bisa memberikan alternatif agar mencari
pekerjaan yang dekat dengan rumah, dan bisa sewaktu-waktu pulang. Agar sekalian
bisa mengawasi diri dan adik-adiknya. Namun,bu ruminah juga tahu betapa tidak
mudahnya mencari pekerjaan, jika hanya berbekal ijazah SMP. Paling banter,hanya
jadi kuli cuci rumah tangga, dan tenaga pembantu dirumah-rumah mewah.
Berbekal informasi dari pamannya yang sudah
bertahun-tahun hidup dijakarta sebagai pengayuh becak, Tari tetap membulatkan
tekad untuk pergi ke Jakarta dan mengadu nasib dikejamnya ibu kota.
Suatu siang yang mulai beranjak sore, dengan udara
yang masih terasa panas.
“ bu, Tari
berangkat ya..Tari mohon doane Bu’e, semoga Tari segera bisa mendapatkan
pekerjaan. “ Tari berlinang air mata..
“pasti nduk,
bu’e selalu mendoakanmu…maafkan bu’e ya nduk..!!” bu ruminah,tak kalah
histeris, menahan kepiluan hati,tidak hanya perasaan bersalahnya yang tidak
mampu menyekolahkan anak gadisnya,tapi juga harus menahan kepergian anak
sulungnya merantau ke Jakarta.
“ sudahlah bu,
mungkin ini jalan hidup yang harus Tari tempuh dan tanggung sebagai anak sulung”
Tari mencoba menenangkan hatinya dan hati Ibunya.
“ Tari jangan
benci sama bu’e ya…!!”
“ sudah bu’e,
Tari tidak mungkin to membenci Bu’e.Tari bertekad,untuk bisa memberikan
kebanggaan sama Bue dan adik-adik,bahwa meski Tari hanya seorang wanita dan
Cuma lulusan SMP, tapi Tari bisa mencari uang dan bisa menyekolahkan adik-adik.”
“ sudah semakin sore, Tari berangkat ya Bu…”
“ hati-hati ya
anak gadisku, jaga dirimu baik-baik. Jangan lupa sampai di Jakarta segera
kabari bu’e, telpon ke nomornya mas Hanisf saja, sudah punya nomornya mas Hanif
to..?”
“ mpun Tari
simpen kok Bu..”
“ sama satu lagi
nduk, jangan sekali-kali Tari melupakan Gusti Allah,ingat dalam keadaan apapun
Tari harus tetap sholat, meski kita tidak punya apa-apa tapi kita masih punya
Gusti Allah yang akan siap menolong kita dimanapun.Mohon petunjukNya selalu.”
Bu ruminah banyak memberikan pesan kepada Tari. Naluri seorang ibu,yang
merasakan kepergian anaknya untuk selama-lamanya.
“ Tari berangkat
Bu, assalamualaikum…” seiring mengecup punggung tangan Ibunya,dengan
diiringi linangan air mata yang tumpah menetes di pipi,Tari memeluk erat tubuh
ringkih Ibunya, ibu yang selama ini telah banyak memberikan kasih sayang yang
tak terkira, pasti nanti di Jakarta dia akan merindukan sosok Ibu, yang takkan
dia dapati. Sanggupkah dia melewati hari-hari penuh perjuangan tanpa ada sosok
Ibu yang ada disampingnya.
***
Tukang Becak saja Bisa Menyekolahkan ke-5 Anaknya..
# 2. Tukang Becak yang Bisa Menyekolahkan Kelima
Anaknya
Jakarta, 09 september 2005
Pagi buta, matahari masih tampak sayup menampakkan
cahaya,tapi langit Jakarta seolah telah terang benderang. Gedung-gedung yang
angkuh penuh congkak berdiri megah memamerkan kesombongannya pada sisi
gubuk-gubuk kumuh,kumal,tak terurus memperlihatkan perlawanan yang sengit.
Semua orang punya kepentingan dan kepentingan orang kaya yang sombonglah yang
akan selalu menang.
Roda bus terhenti pada sebuah agen pemberhentian, Tari
yang hanya berbekal alamat pamannya yang bernama Slamet dan nomor handphonnya,
Tari berusaha mencari wartel agar bisa
mengabari pamannya kalau dia sudah sampai di Jakarta.
Sayup-sayup matanya yang masih lelah, karena hampir disepanjang
perjalanan dia tidak memicingkan matanya dari melihat dunia baru, dunia nyata
yang akan dia hadapi. Membayangkan pekerjaan apa yang akan dia
geluti,membayangkan dekapan hangat ibunya, membayangkan Hasbi dan Syaiful adik-adiknya,membayangkan
masa depannya yang begitu suram. Aahh….tidak bisa membuat mata terpejam
semalaman.
Dengan bertanya pada tukang ojek bajai,yang mangkal
dekat dengan agen pemberhentian bus, Tari
bertanya
“maaf pak’e,ada
wartel dimana ya..?” Tari bertanya
dengan logat bahasanya yang masih medok.
“oh ayo tak
terke,nek neng kene no ora enek..(oh..ayo saya antarkan,kalau disini tidak
ada)..” bapak tukang bajai yang tahu Tari masih medok bahasanya,menimpali
dengan logat asli jawa.
“ bapak’e tiang
jawi to..( bapak orang jawa to)?” Tari yang heran,dalam benaknya orang
Jakarta itu tidak bisa ngomong dengan bahasa daerah.
“oalah..mbak-mbak,
Jakarta ki isine wong jowo kabeh, coba to nek pas bodho lak Jakarta sepi
nyenyet.(Jakarta itu isinya orang jawa semua,coba kalau pas lebaran pasti
Jakarta sepi)” bapak tukang bajai menerangkan, suaranya yang keras terkadang
hilang kalah dengan suara deru bajai yang memekakkan telinga.
Sejenak Tari terdiam yang ada hanya terdengar suara
bajai yang memecahkan kesunyian pagi. Menggiringnya pada roda nasib yang siap
akan mengubah nasib hidupnya.
***
“Pak lek..ini
Tari saya sudah sampai di Jakarta, sekarang sedang di wartel yang dekat dengan
rumah susun”
Tak berselang lama,
Datanglah seorang laki-laki bertubuh gempal,hitam
berminyak, dengan kumis sedikit tebal menghiasi wajah garangnya, meskipun sudah
kurang lebih dua tahun Tari tidak bertemu dengannya, Tari tidak lupa dengan
pamannya itu.
“ pak lek
slamet, gimana kabarnya….?” Tari menjabat tangan kekar pamannya.
“ baik-baik, Ini
bener Tari..?,kok sudah gadis to, ayu pisan…” Pamannya menerima jabatan
keponakannya dengan perasaan yang tidak karuan,dan setengah tidak percaya.
Keponakannya yang dahulu diwaktu kecil sering dia timang dan minta dibelikan
mainan, kini beranjak menjadi gadis remaja yang matang dan memancarkan
kecantikan alami.
“ iya bener to
pak lek, saya saja tidak pangling sama pak lek.. ”
“ pak lek
bener-bener pangling lho nduk(sebutan untuk anak gadis)…”
“yo sudah
sekarang ayo ke kontrakane pak lek, sini barangnya paklek bawakan..”
Dengan menaiki becak yang biasa digunakan pamannya
Slamet mencari penghidupan sebagai pengayuh becak selama bertahun-tahun, Tari
tertegun dan memikirkan nasib pamannya, becak inilah yang bisa menyekolahkan
kelima anaknya. Meski orang dikampung sana tidak tahu, betapa perjuangan
pamannya yang sangat keras demi mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk masa
depan anak dan keluarganya. Sungguh sangat berlawanan dengan apa yang Tari
lihat di kampung halaman sana. Jauh-jauh ke Jakarta hanya jadi tukang becak,
ah..sekali lagi inilah takdir,takdir yang akan selalu menyertai setiap
perjalanan hidup manusia.
Apakah paklek Slamet merasa menyesal, jika jauh-jauh
dari kampung halaman sana, ke Jakarta hanya jadi tukang becak?, atau ada orang
yang lebih parah dengan kondisi paklek slamet, yang dengan bersusah payah dari
kampung datang ke Jakarta tapi tak punya arah dan tujuan,gambaran banyak orang
yang sudah pernah ke Jakarta, cari uang di sini itu mudah, tapi
kenyataanya…menyesakkan dada. Sekali lagi hidup itu adalah pergiliran
takdir,yang sudah tersimpan rapi di mega server Lauhul mahfudz.
Entah baik atau buruk, takdir tetaplah harus di jalani.
Baik dan buruk akan selalu menjadi teman yang setia, dalam perjalanan hidup
manusia. Manusia sudah diberikan paket pilihan oleh Tuhan Yang Maha Adil,
tinggal manusia yang bebas memilihnya.
Tari khusyuk larut dalam sholatnya, meski terkadang
mulai terganggu dengan suara bising keramaian pagi yang sudah mulai menggeliat
Manusia Diciptakan Untuk Sukses...SUMPAH..Tidak Bohong..!!
By Ahmad Mujiyarto, S.Pd at Agustus 27, 2013
artikel bisnis, berani bermimpi, eksplorasi diri, manajemen emosi, motivasi
1 comment
Manusia lahir kedunia bersama paket kesuksesannya
masing-masing, banyak orang yang menyangka sukses itu suatu yang luar biasa,
didapatkan dengan cara yang tidak biasa, lewat proses yang rumit dan njelimet.
Padahal sukses itu hanya butuh sedikit ilmu dan sedikit usaha untuk bisa
mendapatkannya.
Suatu hari ada seorang kakek renta yang hidup sebatang kara
disebuah pulau ditengah-tengah laut. Pulau itu terkenal dengan kesuburannya,
sang kakek juga adalah orang yang gemar beribadah, sepanjang hidupnya dia
pergunakan untuk bekerja dan beribadah.
Suatu hari turunlah hujan yang begitu
lebat, sehingga terendamlah sebagian pulau tersebut, sang kakek lantas berdoa “
Tuhan, saya percaya Engkau sayang kepadaku, Engkau tidak akan menenggelamkan
aku dan orang-orang di pulau ini.”
Tetapi hujan tidak juga lekas reda, malah
semakin deras, beberapa jam kemudian air bah mulai menenggelamkan setengah
lebih pulau itu, sehingga banyak orang-orang yang meninggalkan rumah, dan harta
bendanya untuk pergi mengungsi di pulau lain yang lebih aman. Orang-orang
banyak menawarkan kepada kakek untuk juga ikut serta mengungsi, tapi sang kakek
tidak mau. Dia masih percaya, bahwa Tuhan sayang kepadanya dan akan
menolongnya. Para relawan berdatangan untuk memberikan pertolongan dengan
perahu karet, untuk menolong sang kakek, tetap saja kakek tidak bergeming, dan
tetap menolak ajakan dari para relawan.
Tak berselang lama air bah telah menenggelamkan pulau tersebut, kemudian sang
kakek, kebingungan dan menaiki genting rumahnya, dan terus berdoa. “ Tuhan,
tolonglah aku…selamatkanlah aku, aku percaya Engkau sayang kepadaku.” Kemudian
datanglah helicopter dari tim sar, guna menyisir kalau-kalau masih ada warga
yang ketinggalan di pulau tersebut. Lalu tim sar menemukan kakek tersebut, dan
melemparkan tali seraya berkata “ ayo, kek, cepat, kakek tinggal sendiri
disini, pulau sebentar lagi akan tenggelam.
Tetapi apa jawab sang kakek, “
Tidak, saya tetap tidak mau, saya percaya Tuhan sayang kepada saya, Dia akan
menolong saya. “
Singkat cerita kakek itu meninggal tenggelam. Lalu di akhirat,
kakek bertemu dengan malaikat. “Malaikat, katanya Tuhan sayang kepada saya,
kenapa Dia membiarkan saya tenggelam?” Apa jawab sang malaikat, “ Nggak
menolong gimana, pertama kita sudah mengajak lewat orang-orang, kemudian
menawarkan perahu karet, lalu yang terakhir menurunkan helicopter untuk
menolongmu, lha kamu nggak mau… Tuhan kira, kamu mau mati.”
Dari Ilusttrasi diatas menggambarkan kesuksesan tidak dihadiahkan
lewat kejadian yang luar biasa, dan lewat perjuangan yang luar biasa, hanya
sedikit ilmu dan kemauan agar semuanya menjadi lebih mudah.
Bukti paling nyata adalah, hadirnya Kita adalah satu
dari 200 juta lebih sel sperma Ayah yang sukses, dan bertahan untuk bisa sampai
di rahim Ibu kita. Artinya dari awal kita memang sudah dipersiapkan oleh Tuhan
untuk menjadi seorang pemenang, dan sukses didunia.
Hanya terkadang kita selalu
beranggapan bahwa sukses itu selalu diukur dengan materi dan kemewahan yang
melimpah. Sukses menjadi pribadi yang paling bermanfaat. Menjadi anak yang
berbakti, menjadi Ayah yang tanggung jawab, menjadi Ibu yang penyanyang, adalah
bagian dari paket kesuksesan hidup itu sendiri.
Jadilah Orang yang Sukses dengan Apapun keadaan yang
kita hadapi sekarang ini.
Selasa, 05 Maret 2013
Mau Dapat Uang dan Bisa Keliling Dunia? Cobalah Tiru Kebiasaan Baik Ini..!
Sebagai
Prolog Akan saya ceritakan sebuah pengalaman dari seorang guru yang
berhasil menularkan sebuah virus yang berhasil membuat dunianya menjadi
lebih indah dan berwarna.
Dia adalah Bapak Ganjar Triadi Kusuma S.pd, beliau adalah seorang lulusan mahasiswa FIPS-UNNES, yang mengajar disebuah sekolah negeri di kota Semarang. Sedari SMA beliau adalah seorang yang sangat suka dengan tulis menulis,berawal dari kesukaanya terhadap dunia tulis menulis inilah banyak perubahan besar yang terjadi dalam hidupnya. Ada sebuah keajaiban yang luar biasa menghantarkannya kepada sebuah loncatan hidup yang tak pernah sama sekali dia pikirkan sebelumnya.
Jangankan bisa ke Luar negeri, untuk memperoleh penghasilan lebih dari cukup adalah sudah merupakan kebahagiaan tersendiri. Yah..proses itu dimulai dari sebuah kata..”MENULIS”, prestasi terbesarnya adalah mampu menghantarkan anak didiknya beserta dirinya bisa mendapatkan perjalanan Jakarta-Sydney Australia PP,mendapatkan fasilitas lux, dan mendapatkan uang saku setara 10 juta, untuk berlibur selama seminggu di Australia. Dia telah menulis di 30 koran dan majalah di Indonesia. Dari hasil menulisnya ini berhasil memberikan sumbangan berupa materi dan non materi.
Untuk membiasakan suka menulis harus dimulai dari membiasakan semangat mengawali dan mengakhiri dalam menghasilkan sebuah produk tulisan, menegnai persoalan mutu, apakah hasil tulisan itu baik atau kurang baik,janganlah dijadikan persoalan utama karena seiring dengan seringnya latihan, perlahan namun pasti persoalan mutu tulisan akan membaik dengan sendirinya. Begitulah terangnya dalam sebuah sesi tulisannya.
Dia menceritakan kenapa budaya menulis kini menjadi sangat sulit untuk diterapkan pada anak didik? Lalu dia menceritakan sebuah budaya guru masa kini yang sudah sangat jarang sekali menulis ketika memasuki kelas.
Dia adalah Bapak Ganjar Triadi Kusuma S.pd, beliau adalah seorang lulusan mahasiswa FIPS-UNNES, yang mengajar disebuah sekolah negeri di kota Semarang. Sedari SMA beliau adalah seorang yang sangat suka dengan tulis menulis,berawal dari kesukaanya terhadap dunia tulis menulis inilah banyak perubahan besar yang terjadi dalam hidupnya. Ada sebuah keajaiban yang luar biasa menghantarkannya kepada sebuah loncatan hidup yang tak pernah sama sekali dia pikirkan sebelumnya.
Jangankan bisa ke Luar negeri, untuk memperoleh penghasilan lebih dari cukup adalah sudah merupakan kebahagiaan tersendiri. Yah..proses itu dimulai dari sebuah kata..”MENULIS”, prestasi terbesarnya adalah mampu menghantarkan anak didiknya beserta dirinya bisa mendapatkan perjalanan Jakarta-Sydney Australia PP,mendapatkan fasilitas lux, dan mendapatkan uang saku setara 10 juta, untuk berlibur selama seminggu di Australia. Dia telah menulis di 30 koran dan majalah di Indonesia. Dari hasil menulisnya ini berhasil memberikan sumbangan berupa materi dan non materi.
Untuk membiasakan suka menulis harus dimulai dari membiasakan semangat mengawali dan mengakhiri dalam menghasilkan sebuah produk tulisan, menegnai persoalan mutu, apakah hasil tulisan itu baik atau kurang baik,janganlah dijadikan persoalan utama karena seiring dengan seringnya latihan, perlahan namun pasti persoalan mutu tulisan akan membaik dengan sendirinya. Begitulah terangnya dalam sebuah sesi tulisannya.
Dia menceritakan kenapa budaya menulis kini menjadi sangat sulit untuk diterapkan pada anak didik? Lalu dia menceritakan sebuah budaya guru masa kini yang sudah sangat jarang sekali menulis ketika memasuki kelas.
“Jika
seorang guru memasuki kelas, sejak awal hingga akhir pelajaran tidak
mengucapkan sepatah katapun, hanya menulis dan menyampaikan pesan
komunikasi pendidikan menggunakan media papan tulis, rasanya ada sesuatu
yang janggal. Ada hal aneh dan tidak lazim.Namun sebaliknya, jika
seorang guru sejak awal hingga akhir jam pelajaran hanya berbicara,
berceramah, memberikan orasi di depan kelas, tanpa sedikitpun menulis di
papan tulis, rasanya biasa-biasa saja. Hal itu banyak terjadi di depan
kelas.”
Dari
uraian di atas dia menggambarkan betapa budaya berbicara dan banyak
omong lebih dekat dan lekat dengan siswa-siswi dalam proses
pembelajaran. Sedangkan budaya menulis tingkatnya jauh berada
dibawahnya. Hal itu terjadi sejak
guru mengajar di bangku TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Mereka
memberikan contoh pembelajaran yang akhirnya membudaya, lebih banyak
berbicara dari pada menulis.Kebiasaan itu akhirnya menjadi sebuah budaya
di wajah pendidikan kita. Orang lebih banyak berbicara, dari pada
menulis. Efeknya orang tidak (terlalu suka) membaca. Apalagi bacaan yang
agak berat seperti halnya bacaan buku berisi ilmu pengetahuan ataupun
artikel tentang suatu permasalahan dalam kehidupan di masyarakat.
Secara
tidak sengaja para guru dan para dosen mengajarkan kepada siwa-siswi
dan mahasiswanya untuk lebih banyak berbicara dari pada menulis. Maka
dunia menulis – dalam pengertian menulis artikel atau tulisan mengandung
muatan ilmiah, menjadi demikian jauh. Karena jauh, dianggap sesuatu
yang asing, sulit, dan tidak disukai.Untuk mengembalikan sesuatu yang
“jauh” tadi, maka harus dilakukan upaya pendekatan-pendekatan. Tidak
perlu untuk saling menyalahkan, tidak perlu malu-malu mengakui
kekurangan ini. Secara sistematis di semua lini dan jenjang pendidikan
harus ditekankan tentang pentingnya siswa-siswi hingga
mahasiswa-mahasiswi untuk suka dan terbiasa menulis. Jika sedang TK atau
SD sudah terbiasa menulis sesuatu yang nyata di sekitarnya, maka
jenjang berikutnya tinggal menyempurnakan.
Menulis adalah kecerdasan yang mendasari seseorang untuk akhirnya dapat membaca dan memperoleh ilmu yang tidak terbatasDahulukan Istri, Baru Kemudian Anak..Bukan Sebaliknya..!
Jelas ini adalah sebuah gambaran nyata
dari perkembangan zaman era modern yang sudah semakin sulit untuk kita
bendung . Tidak ada pilihan bagi kita kecuali adalah mengikutinya, tapi
hendaknya kita harus menjadi pengikut yang baik. Dimana ketika tawaran
budaya dari perkembangan zaman itu melanggar norma dan etika, maka tidak
sepantasnya untuk kita ikuti, justru adalah sebaliknya kita harus
mencegah dan menolaknya.
Klaim kita atas anak terlebih dahulu
ketimbang istri, adalah seringkali muncul ketika seorang laki-laki
ditanya, “untuk apakah anda bekerja..?”, “untuk menghidupi anak dan
istri”…jawabnya.
Jika jawaban di atas adalah benar,
maka sekarang klaimnya kita rubah, kenapa..? ini bukan hanya masalah
pada penyebutan semata, tapi esensinya adalah jauh lebih besar dari
sekedar sebuah sebutan. Karena konsep “anak dulu baru istri” itu
adalah produk negatif dari budaya kekinian, dimana sekarang ini
-maaf-remaja kita jauh lebih senang bikin anak ketimbang beristri
terlebih dahulu. Karena pakem yang mereka bawa, karena dalih ” Anak dan
Istri” , jadi digambarkanlah pada otak dangkal remaja kita, bahwa
dahulukan anak sebelum istri.
Itu adalah jelas-jelas sebuah kesalahan
fatal yang mereka lakukan, dan bisa jadi kesalahan mereka karena
keseringan kita mengucapkan kata anak dulu baru Istri. Di sadari atau
tidak, benar atau salah, ragam realita sudah kita saksikan sendiri.
Mengapa kita tidak kembali memperhatikan bagaimana orang-orang tua,
nenek moyang kita dahulu bertutur, dimana selalu mengedepankan Istri
baru kemudian anak, disamping makna kearifan, ketika orang yang pertama
kali mendampingi kesusahpayahan kita dalam mengukir hari-hari sebelum
ada hadirnya anak adalah seorang Istri, Istri ada sebelum anak lahir, penyebutan itu harus diurutkan sesuai dengan aturannya.
Bagaimana, bisakah kita merubah Sebutan Itu…?? perkara mudah tentunya
================
Salam Inspirasi Pagi
Resep Manjur, Berwirausaha Anti Gagal
By Ahmad Mujiyarto, S.Pd at Maret 05, 2013
artikel bisnis, belajarbisnis, berani bermimpi, idebisnis
No comments
Resep manjur anti gagal ini, sebelumnya
pernah saya tayangkan tapi, entah saya lupa dimana saya mempublishnya,
mudah-mudahan tidak kena hukuman admin. Jika saya menuliskannya kembali.
Karena ini resep manjur, maka sudah dipastikan akan membuat anda
benar-benar menjadi wirausahawan yg takkan pernah gagal..
Semoga tips ini bisa bermanfaat buat temen-temen yang ingin mulai berwirausaha
- Alasan
Temukan alasan yang kuat mengapa anda ingin berwirausaha. Apakah karena
susah cari pekerjaan, atau ingin merasakan menjadi seorang bos, bisa
juga ingin mendapatkan penghasilan yang tak terbatas. Alasannya bisa apa
saja, yang terpenting semakin kuat alasan anda untuk berwirusaha maka
semakin fokus anda pada tujuan anda.
- Keyakinan Yang Kuat
Anda harus memiliki kepercayaan yang kuat dan positif. Contohnya : anda
yakin bahwa anda bisa menjadi seorang wirausaha yang sukses, atau
wirausaha itu mudah asal kita tahu caranya. Keyakinan yang positif
seperti itulah yang harus anda bangun. Jangan sampai yang negatif yang
justru mendominasi pikiran anda. misalnya seperti : saya takut gagal,
wirausaha itu perlu bakat, dll. Pikiran negatif seperti itu harus anda
singkirkan jauh-jauh.
- Impian yang Jelas
Anda harus memiliki impian yang jelas. Karena dengan impian itu anda
akan termotivasi untuk meraihnya. Jangan takut untuk memiliki impian
yang tinggi. Karena semakin tinggi impian anda tentunya akan memberikan
daya dorong yang lebih besar pada diri anda. Akan tetapi tetap harus
bersikap fleksibel dan jangan sampai impian anda sesuatu yang mustahil
bisa dicapai.
- Penguasaan Ilmu (Belajar)
Dalam memulai wirausaha kita dituntut untuk terus belajar dan memiliki
pikiran yang terbuka. Kita bisa belajar dari buku, orang lain yang sudah
menjalankan bisnis, ataupun dari seminar-seminar.
- Aksi
Langkah inilah yang paling penting dalam berwirausaha. Karena tanpa aksi
tidak akan ada yang terjadi. Hanya dengan aksi atau tindakanlah kita
bisa semakin dekat dengan impian kita.
- Doa
Langkah yang ke-6 adalah do’a. Karena bagaimanapun kerasnya usaha kita,
tetap saja Tuhan jugalah yang menetukan. Kita sebagai manusia hanya bisa
berusaha dan berusaha.
-
Pantang Menyerah
Langkah yang paling mentog, dan tak bisa ditawar
lagi jika anda ingin menjadi wirausahawan yang sukses adalah jangan
pernah menyerah, tetaplah fight, meski beragam kegagalan menghambat
usaha anda.
Ingat dalam kamus seorang wirausahawan, ” tidak ada yang namanya gagal , yang ada hanyalah gagal mempertahankan niat anda”
Senin, 04 Maret 2013
Gadis Berusia Lebih Dari 30 Tahun, Beresiko Tinggi Takut untuk Menikah
Saya punya seorang tetangga yang
dijuluki oleh para teman kerjanya sebagai “perawan tua”. Karena usianya
yang lebih dari 30 tahun tapi belum juga menikah. Entah saya tidak tahu
persis kenapa dia sampai mengalami hal yang demikian berat itu.
Keinginan untuk menikah tentu adalah
milik oleh semua para wanita, yang bisa merasakan bagaimana indahnya
memadu kasih dengan orang yang dicintai, mengandung, melahirkan anak,
dan membesarkannya adalah sebuah rangkain dari rutinitas wanita yang
tentu semua wanita normal didunia ini pasti memimpikannya.
Namun, terkadang takdir Tuhan yang
berlaku untuk hamba-Nya bisa sangat berlainan dengan apa yang diimpikan
oleh seseorang. Takdir itu juga tidak serta merta salah Tuhan, karena
Tuhan sudah memberikan kesempatan yang luas kepada manusia untuk
menentukan jalan dan usaha dalam memperoleh sebuah impiannya.
Tidak hanya berhenti di tetangga saya
itu, saya juga punya pengalaman dari seorang kawan, yang mengatakan
bahwa kakaknya tidak segera menikah padahal usianya sudah berkepala
tiga. Ketika ditanya kenapa tidak segera menikah, jawabnya adalah dia
merasa takut dan sudah kehilangan gairah untuk memulai sebuah niatan
menikah. Gairahnya seolah menurun dengan terus meningkatnya usianya.
Tampilan fisik yang sudah tidak menarik, gairah yang sudah tidak lagi
memuncak. Dan beban moral yang disandang sebagai “perawan tua” lengkap
sudah.
Ternyata effeknya tidak hanya sampai
disitu, disebagian adat masyarakat jawa, berlaku jika perawan yang punya
adik laki-laki dan adik laki-laki itu mau menikah padahal sang kakak
belum menikah, maka hal itu tidak dibolehkan, dan tidak” etis” lah
kira-kira begitu. Jadi efeknya beruntun, seperti itu juga yang berlaku
di keluarga tetangga saya itu. Adiknya yang juga tak terpaut jauh
usianya harus menerima akibat dari kesalahan kakaknya yang tidak segera
menikah.
Padahal jika ditimbang-timbang, apa salah sang adik , hingga harus menerima akibat yang tidak dia lakukan.
Persepsi tentang gadis berusia lebih
dari 30 tahun beresiko tinggi untuk takut menikah belumlah
menggambarakan keadaan yang sebenarnya, karena pasti ada hal-hal yang
beraneka macam yang melandasi seorang gadis tidak segera menikah. Sikap
Trauma, mengejar karir, menganggap enteng jodoh, dan sebab-sebab lain,
yang menghalanginya untuk mengundur-undur pernikahan.
Tapi, dari contoh yang saya bawakan
diatas, saya berasumsi bahwa semakin tinggi usia seorang wanita,
bukannya semakin matang tapi justru semakin bimbang untuk menikah.
Setujukah anda..?