Jelas ini adalah sebuah gambaran nyata
dari perkembangan zaman era modern yang sudah semakin sulit untuk kita
bendung . Tidak ada pilihan bagi kita kecuali adalah mengikutinya, tapi
hendaknya kita harus menjadi pengikut yang baik. Dimana ketika tawaran
budaya dari perkembangan zaman itu melanggar norma dan etika, maka tidak
sepantasnya untuk kita ikuti, justru adalah sebaliknya kita harus
mencegah dan menolaknya.
Klaim kita atas anak terlebih dahulu
ketimbang istri, adalah seringkali muncul ketika seorang laki-laki
ditanya, “untuk apakah anda bekerja..?”, “untuk menghidupi anak dan
istri”…jawabnya.
Jika jawaban di atas adalah benar,
maka sekarang klaimnya kita rubah, kenapa..? ini bukan hanya masalah
pada penyebutan semata, tapi esensinya adalah jauh lebih besar dari
sekedar sebuah sebutan. Karena konsep “anak dulu baru istri” itu
adalah produk negatif dari budaya kekinian, dimana sekarang ini
-maaf-remaja kita jauh lebih senang bikin anak ketimbang beristri
terlebih dahulu. Karena pakem yang mereka bawa, karena dalih ” Anak dan
Istri” , jadi digambarkanlah pada otak dangkal remaja kita, bahwa
dahulukan anak sebelum istri.
Itu adalah jelas-jelas sebuah kesalahan
fatal yang mereka lakukan, dan bisa jadi kesalahan mereka karena
keseringan kita mengucapkan kata anak dulu baru Istri. Di sadari atau
tidak, benar atau salah, ragam realita sudah kita saksikan sendiri.
Mengapa kita tidak kembali memperhatikan bagaimana orang-orang tua,
nenek moyang kita dahulu bertutur, dimana selalu mengedepankan Istri
baru kemudian anak, disamping makna kearifan, ketika orang yang pertama
kali mendampingi kesusahpayahan kita dalam mengukir hari-hari sebelum
ada hadirnya anak adalah seorang Istri, Istri ada sebelum anak lahir, penyebutan itu harus diurutkan sesuai dengan aturannya.
Bagaimana, bisakah kita merubah Sebutan Itu…?? perkara mudah tentunya
================
Salam Inspirasi Pagi
0 komentar:
Posting Komentar