Orang sukses hanya butuh satu alasan untuk bisa sukses, yakni tidak ada alasan. Sedangkan orang gagal selalu mencari banyak alasan untuk membenarkan kegagalannya.
Ukuran sukses itu apa..? apakah dari banyaknya harta? apakah dari banyaknya relasi? apakah dari menterengnya jabatan..?
saya katakan ” iya bisa jadi”. Jika saja dengan banyaknya harta itu dia bisa berbuat untuk lebih baik, bisa jadi dengan relasi yang banyak itu dia bisa menyebarkan kebaikan sebanyaknya-banyaknya tidak hanya untuk dirinya dan keluarganya sendiri tapi juga untuk orang lain.
Sukses memang selalu identik dengan kaya, namun tidak hanya berhenti di kekayaan saja. Kaya yang bisa memanfaatkan untuk mengayakan orang lain. Orang kaya yang merasa masih kurang dan haus akan harta belum disebut sebagai orang sukses, orang kaya yang punya harta melimpah tujuh turunan, tapi dia tidak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan assetnya, hartanya, tabungannya aman atau tidak, berarti dia belum disebut orang yang sukses.
Orang miskin selalu melihat orang kaya sebagai orang sukses, melihat mobil mewah, rumah megah, kekayaan melimpah, pasti orang miskin akan mengatakan “lihatlah orang itu telah sukses dalam hidupnya”. Namun orang kaya akan berbalik, melihat orang miskin yang bahagia meski hanya makan dengan ikan asin, sayur seadanya, namun bisa bercanda dengan istri dan anaknya serta mensyukuri nikmat Tuhan, maka si kaya akan berkata ” lihatlah orang miskin itu, mereka bahagia meski tidak punya harta benda, tidak seperti aku…” jadi sebenarnya perbedaan sudut pandang inilah yang menyebabkan jurang pemisah. Yang bisa menjadi jawabannya adalah tanyakanlah pada hati kita masing-masing.
Bisa jadi kita adalah orang miskin yang sukses, atau orang kaya yang sejatinya adalah miskin. Orang kaya adalah orang yang tidak lagi merasa ingin memiliki sesuatu dalam hidupnya.
Hari ini jika anda merasa gagal, tidak ada alasan bagi anda untuk mencari-cari alasan. Belajarlah mensyukuri atas semua nikmat yang telah hari ini anda dapatkan.
Ukuran sukses itu apa..? apakah dari banyaknya harta? apakah dari banyaknya relasi? apakah dari menterengnya jabatan..?
saya katakan ” iya bisa jadi”. Jika saja dengan banyaknya harta itu dia bisa berbuat untuk lebih baik, bisa jadi dengan relasi yang banyak itu dia bisa menyebarkan kebaikan sebanyaknya-banyaknya tidak hanya untuk dirinya dan keluarganya sendiri tapi juga untuk orang lain.
Sukses memang selalu identik dengan kaya, namun tidak hanya berhenti di kekayaan saja. Kaya yang bisa memanfaatkan untuk mengayakan orang lain. Orang kaya yang merasa masih kurang dan haus akan harta belum disebut sebagai orang sukses, orang kaya yang punya harta melimpah tujuh turunan, tapi dia tidak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan assetnya, hartanya, tabungannya aman atau tidak, berarti dia belum disebut orang yang sukses.
Orang miskin selalu melihat orang kaya sebagai orang sukses, melihat mobil mewah, rumah megah, kekayaan melimpah, pasti orang miskin akan mengatakan “lihatlah orang itu telah sukses dalam hidupnya”. Namun orang kaya akan berbalik, melihat orang miskin yang bahagia meski hanya makan dengan ikan asin, sayur seadanya, namun bisa bercanda dengan istri dan anaknya serta mensyukuri nikmat Tuhan, maka si kaya akan berkata ” lihatlah orang miskin itu, mereka bahagia meski tidak punya harta benda, tidak seperti aku…” jadi sebenarnya perbedaan sudut pandang inilah yang menyebabkan jurang pemisah. Yang bisa menjadi jawabannya adalah tanyakanlah pada hati kita masing-masing.
Bisa jadi kita adalah orang miskin yang sukses, atau orang kaya yang sejatinya adalah miskin. Orang kaya adalah orang yang tidak lagi merasa ingin memiliki sesuatu dalam hidupnya.
Hari ini jika anda merasa gagal, tidak ada alasan bagi anda untuk mencari-cari alasan. Belajarlah mensyukuri atas semua nikmat yang telah hari ini anda dapatkan.
0 komentar:
Posting Komentar